Rabu, 03 Februari 2010

PEMUDA HARAPAN UMAT

Oleh : Supriyanto, S.Pd.

“Sesungguhya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib mereka sendiri.” (Qs. Ar-Ra’du : 11)

“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.”(Qs. Al-Kahfi : 13)

Sejarah telah mencatat betapa pada setiap zaman, selalu muncul pemuda-pemuda yang memimpin kaumnya menuju suatu perubahan. Baik itu perubahan ke arah kebaikan maupun perubahan ke arah kerusakan, keduanya sering dipelopori oleh kaum muda.

Muhammad Al Fatih misalnya, ia mewakili kelompok pemuda yang merubah kaumnya ke arah kebaikan dengan melebarkan sayap Islam menembus Benua Eropa setelah sekian ratus tahun gagal dilakukan oleh para pendahulunya bahkan oleh sahabat sekelas Umar Bin Khattab ra. Saat itu Muhammad Al Fatih baru berusia 22 tahun, dan yang pasti itu bukanlah suatu kebetulan.

Berapa usia anda sekarang? Apa yang telah anda lakukan untuk Islam? Apa yang telah anda persiapkan untuk menuju masa depan abadi kita di akhirat? Maka, bangkitlah mulai sekarang!

Bukan pula suatu kebetulan jika setiap nabi yang diutus oleh Allah SWT adalah dari kalangan pemuda juga. Bahkan para pedukung dakwah di masa awal perjuangan Rasulullah SAW juga dipenuhi oleh barisan pemuda perkasa yang cemerlang mengukir sejarah. Ali bin Abi Thalib masih 10 tahun ketika bersyahadat. Usamah bin Zaid baru berusia 18 tahun ketika mendapat amanah sebagai panglima besar memimpin barisan mujahidin melawan imperium romawi dalam perang Mu’tah.

Di era kekinian sekalipun sebenarnya peran pemuda masih sangat diperhitungkan dalam kancah perubahan bangsa. Pada tahun 1928 kita saksikan para pemuda menyatukan perjuangan nasional ke arah perjuangan modern. Tahun 1966 kita lihat para pemuda menjungkirbalikkan kekuasaan soekarno yang sudah jauh menyimpang dari garis perjuangan. Di tahun 1998 kita juga disuguhi gerakan pemuda yang berhasil menumbangkan kekuatan tirani orde baru yang ditakuti lawan-lawan politiknya.

Dan sekarang, tampaknya tongkat estafet perjuangan pemuda itu akan dijatuhkan ke tangan anda. Siap atau tidak, andalah yang akan memimpin bangsa ini ke arah perubahan. Entah itu menuju kemakmuran atau malah terjerumus dalam kehancuran.

Paling tidak ada lima hal yang harus kita perankan dengan baik agar kita bisa membawa perubahan bangsa dan ummat ini menuju kemakmuran sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pemuda Robbani dari zaman ke zaman.

Pertama, membangkitkan sikap kritis. Sikap kritis terhadap setiap permasalahan yang ada di sekeliling kita. Sikap kritis dalam masalah aqidah akan membebaskan kita dari syirik, takhayul, khurafat, ideologi dan filsafat-filsafat yang sesat. Sikap kritis dalam masalah ibadah yang dapat membersihkan dari segala bentuk bid’ah dan tasyabbuh, serta sikap kritis yang bisa menghilangkan sikap tidak peduli terhadap kemungkaran dan sikap membebek pada budaya orang-orang kafir tanpa argumentasi yang jelas dan manfaat yang nyata.

Dalam hal ini, Nabi Ibrahim AS telah memberi contoh nyata pada kita, sebagaimana firman Allah SWT :

“Ibrahim berkata, “Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberikan manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu? Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?” (Qs. Al-Anbiya : 52)

Kedua, Sebaik-baik zaman adalah zaman Rasulullah SAW, kemudian setelahnya dan kemudian setelahnya lagi. Begitulah informasi yang sampai kepada kita dari Rasulullah SAW. Setelah semakin jauh dari zaman terbaik itu, kini kita saksikan zamannya generasi yang rusak, pecandu narkoba, pelanggan tempat-tempat hiburan, melegalkan prostitusi, pengejar ketenaran dan materi dengan cara-cara yang penuh ma’siyat serta menjauh dari tempat sujud. Kondisi inipun sudah disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya,

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan sholat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (Qs. Maryam : 59)

Karena kondisi yang seperti ini, maka peran kita yang kedua adalah menggantikan generasi yang telah rusak tersebut. Hal ini adalah sebuah sunnatullah yang harus kita patuhi, sebagaimana firman-Nya:

“Hai orang-orang yang beriman, jika kalian murtad dari agama ini, maka Allah akan menggantikan kalian dengan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, bersikap lembut terhadap sesama mu’min dan keras terhadap orang kafir, berjihad di jalan Allah dan tidak takut celaan orang-orang yang suka mencela...”(Qs. Al-Ma’idah : 54)

Mudah-mudahan kita termasuk generasi pengganti yang dijanjikan oleh Allah tersebut, bukan malah menjadi generasi yang harus digantikan itu.

Ketiga, Meneruskan dan menjaga kesinambungan generasi Islam yang akan mengemban risalah Ilahi. Sesungguhnya pada setiap zaman, Allah SWT akan senatiasa memunculkan seorang mujaddid yang akan memperbarui semangat beragama ummat Islam. Ia akan berjuang bersama barisan mujahid yang tak kenal lelah dalam menegakkan panji-panji Islam di manapun berada. Maka pemuda Islam harus menyambut seruan para mujaddid ini dan berjuang bersamanya sampai syahid datang menjemput.

Keempat, memperbaharui semangat ummat. Di zaman ini begitu banyak orang pandai dan mumpuni pengetahuan agamanya. Begitu banyak para cendikiawan di kalangan ummat kita. Tetapi, kitapun melihat betapa ummat ini masih begitu tertinggal dan malah menjadi makanan empuk musuh-musuhnya. Setiap ada kejadian teror, ummat inilah yang paling mudah menjadi tertuduh. Setiap kali ada keributan karena berebut kekuasaan politis dan ekonomis, ummat inilah korbannya. Musuh-musuh kita begitu rapi membungkus konspirasi jahatnya pada kita sampai seakan-akan tak terkalahkan oleh siapapun. Kondisi ini membuat sebagian besar ummat ini mengidap penyakit inferior yang kompleks.

Sebagai pemuda Islam, kita(saya dan anda)lah yang harus mengambil peran untuk membangkitkan lagi semangat juang ummat ini. Bukankah begitu banyak janji yang diberikan Allah akan kemenangan kita terhadap ummat-ummat yang lain, diantaranya:

“Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”(Qs. Muhammad : 10)

“Dan bagi orang-orang yang bejihad di jalan-Ku, maka niscaya Aku Akan menunjukkan jalan-jalan-Ku. Dan sesungguhnya Allah senantasa bersama orang-orang yang berbuat baik.”(Qs. Al-Ankabut : 69)

Kelima, Sesungguhnya dominasi kaum kafir dan pengikut syetan di dunia ini bukanlah karena kehebatan kekuatan mereka semata-mata, akan tetapi karena absennya kekuatan ummat Islam yang beriman, bersatu dan tangguh. Maka peran kita harus merubah ummat yang belum berani tampil ini, menjadi ummat yang dominan dan mengendalikan percaturan dunia internasional.

Para pemuda Islam harus mampu meyakinkan dan menggerakkan seluruh potensi kekuatan ummat ini dalam satu front yang solid dan tangguh, yang dengan kekuatan itu niscaya gentarlah musuh-musuh Allah, sebagaimana petunjuk-Nya:

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka, kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang. Yang dengan kekuatan itu, kamu akan menggentarkan musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kalian...”(Qs. Al-Anfal : 60)

Kekuatan setangguh itu tidaklah mustahil untuk kita wujudkan jika kita memang punya tekad yang kuat. Kita bisa merubah kondisi ke arah itu dimulai dari perbaikan individu kita masing-masing, kemudian kita bentuk keluarga-keluarga islami pendukung dakwah, lalu bersama keluarga-keluarga yang lain kita ubah dan bentuk masyarakat yang islami, untuk kemudian kita bebaskan semua tanah air kita dari dominasi asing. Kemudian kita perbaiki pemerintahan kita supaya mendukung upaya penyatuan semua negara muslim dalam satu wadah bersama yang akan menjadi pemimpin seluruh alam ini. Mari kita mulai saat ini, hasbunallah wani’mal wakil.

· Di dedikasikan untuk Jama’ah Sholat Tarawih Masjid Nuril Iman, Kebonsari Elveka II Surabaya

· Penulis adalah staff pengajar SMP Al-Hikmah Full Day School Surabaya

1. Makan Durian bersama Lalat

Oleh : Supriyanto, S.Pd

Ma’af ceritanya agak jorok dan menjijikkan....

Seorang anak kecil gemar sekali memakan buah durian kesukaannya. Dia seakan tidak bisa hidup tanpa memakan buah durian sehari saja. Tapi hari itu, buah durian yang telah dibalahnya dikerubuti banyak lalat. Dia mencoba mengusir lalat itu dengan berbagai cara.

Akan tetapi karena bau durian itu begitu harumnya, maka lalat-lalat itupun enggan meninggalkan buah duriannya. Anak itu mengambil kipas, dikipasnya lalat-lalat itu. Tapi kembali lagi, dan kembali lagi.

Dicobanya mengambil penebah untuk menebah dan memukul lalat-lalat itu, tapi lalat yang datang malah lebih banyak lagi dari yang berhasil ditebahnya. Bocah itu betul betul geram dibuatnya.

Akan tetapi, karena sayangnya dengan buah durian lezat itu, Sang bocah akhirnya menemukan ide gila yang diyakininya mampu membuat lalat-lalat itu menjauhi duriannya.

Durian itu sementara ditutupinya dengan daun pisang, lalu dia kebelakang untuk buang air besar. Setelah cebok, sebagian kotorannya sendiri itu dioleskan ke ibu jari tangan kirinya. Setelah beres, dia kembali ke buah duriannya.

Buah durian itu dimakannya dengan lahap menggunakan tangan kanannya, sementara ibu jari tangan kirinya yang dilumuri kotoran sehingga mirip durian itu mampu mengelabuhi lalat-lalat yang semuanya mengerubungi dan memakan kotoran yang menempel di sana.

Akhirnya, bocah itu berhasil memakan habis semua durian yang telah dibalahnya tadi tanpa gangguan seekor lalatpun. Namun rupanya keserakahannya telah membuatnya lupa dan gelap mata. Ibu jari kiri yang telah mampu mengelabuhi lalat-lalat itu karena bentuknya yang memang mirip buah durian, telah mengelabuhinya juga. Dengan lahap ibu jari kirinya dijilatidengan lahap sehingga sebentar kemudian dia muntah-muntah dan segera berlari ke belakang untuk berkumur. Tapi terlambat, semua buah durian yang telah masuk ke perutnya itu akhirnya keluar semua bersama muntahannya.

Sahabat, mungkin saja bocah itu adalah kita. Karena kegemaran kita mengumpulkan kesenangan duniawi, maka kita jadi lupa segalanya. Kita mengahabiskan semua energi, waktu, perhatian dan harta kita untuk mendapatkannya.

Kita melupakan berbagai kewajiban yang harus kita laksanakan. Baik kewajiban kepada keluarga, masyarakat dan juga kewajiban kita sebagai hamba Allah SWT. Kita lupa meluangkan waktu walau sebentar untuk mengakrabi anak-istri kita, menyapa warga sekitar kita, apalagi untuk beribadah kepada-Nya.

Kita juga lupa bahwa di dalam harta kita, ada hak kaum fakir miskin yang harus kita sampaikan kepada yang berhak menerimanya. Hal itu terjadi karena kerakusan kita. Kita hanya ingin menikmatinya sendirian saja. Ya, sendirian saja. Bahkan kepada anak-istripun kita bisa jadi menjadi sangat pelit. Apalagi kepada orang lain.

Sahabat, boleh jadi semua itu kan membinasakan kita, cepat atau lambat, kita sadari atau tidak. Karena sesungguhnya semua yang berlebihan, yang keterlaluan itu hanya akan mendatangkan kerusakan dan bencana. Sadarlah. Berbagilah. Walau sedikit saja.